Kamis, 13 Maret 2014

Software Desain Grafis berdasarkan fungsinya

A. FUNGSI:
- Adobe Photoshop :
a. Edit foto >>Cropping, effect, Brush, Action, Lighting, Level, dll.

b. Desain Grafis >>olah background untuk materi desain brosur, poster banner, dll. seperti Shadow, cropping foto orang/foto penunjang/ilustrasi, Layout album foto kolase, Cropping Logo.

c. Ilustrasi>>>mewarnai gambar manual/ilustrasi hasil scan dari kertas (seperti komik/gambar anime), jika dadakan bisa langsung gambar outline pake brush warna hitam, bikin karikatur dari foto.

d. Video>>>membuat file. PSD atau PNG untuk materi tambahan video yang bisa tembus/bolong supaya bisa diisi oleh video animasi, membuat file transparant untuk animasi logo, gambar, foto.

Adobe Illustrator:
a. Layout : mengolah huruf/tipografi, menyusun penempatan tulisan & gambar, membuat bidang2 gambar nirmana (dari bentuk segitiga, kotak, segi enam, zigzag,dll) supaya menjadi kesatuan desain yang utuh.

b. Mengelola dari berbagai software desain (photoshop, inDesign, Corel) menjadi satu kesatuan berupa karya desain final.

c. Proses final untuk naik cetak suatu desain (PDF, Ai, TIFF, atau JPG)

Adobe InDesign:
a. Layout: Membuat susunan text menjadi layout bacaan yang enak dilihat berdasarkan kolom, baris warna, gambar, bentuk, yang dipakai untuk membuat buku, majalah, bisa juga untuk membuat brosur, poster, banner, dll.

b. Produksi media: mampu memproduksi/membuat berbagai media publikasi baik untuk cetak maupun online/e-book berupa file PDF, TIFF, JPEG, dll

CorelDRAW:
- Kemampuannya hampir sama dengan Adobe Illustrator, cuma ada beberapa kelebihan yang nggak bisa dilakukan oleh ilustrator, yaitu:
a. Pengolah bentuk gambar 2D secara bebas melalui tiitik2 (node) vector. 
b. Kalau bikin logo pasti menghasilkan bentuk apa saja sesuai keinginan kita
c. Yang nggak bisa dilakukan oleh sofware desain lainnya adalah: CorelDRAW mampu COPAS (copy paste) huruf2 Arabic.

B.KELEBIHAN & KEKURANGAN:
- Photoshop: oleh digital yg luar biasa, tapi terbatas oleh kualitas yg dibatasi DPI (resolusi gambar/pixel/dot perinch karena nggak bisa bikin area kerja sampe beberapa halaman (cuma 1 halaman), ngga bisa secara langsung membuat ukuran cetak sesuai aslinya (berat) ber meter-meter.

- InDesign: Olah Vector bisa, olah Layout bisa, olah warna, bentuk juga bisa, apalagi berhalaman-halaman, kecuali olah digital (mesti kerjasama dengan photoshop)

- Illustrator: Bagus untuk produksi cepat dalam mendesain, bukanya cepat, ketika ada file mau diedit, ketika gambar foto atau gambar diedit photoshop, otomatis minta di update oleh ilustrator ngga usah lagi ada proses import/place. Olah digital masih bergantung pada photoshop.

- CorelDRAW: Kelebihannya banyak, bisa bikin ilustrasi apa aja. Cuma olah digital yang kurang, serta buka software nya yang agak lama, file yang di import langsung di embed (dimasukin) jadi file membengkak.

C. CATATAN:
"Adobe InDesign, Illustrator itu proses memasukan gambarnya berupa Place/ menyimpan sementara, jadi ketika posisi gambar /link aslinya berpindah tempat/folder maka akan ditanyakan dimana posisi atau gambar yang telah dimasukin itu berada."

"CorelDraw: bisa dengan proses Place/link, atau embed/masuk ke dalam Layout, tapi file jadi berat & besar/membengkak"

***Ingat Desain Grafis itu bukan Software, tapi perpaduan antara kreatifitas, ilmu pengetahuan, logika, rasa, otak kiri, otak kanan & alat bantu, ta  alat bantu untuk menghasil karya, materi & fun.

 Smoga bermanfaat

Salam Desain

Sumber : postingan Kang Sam di  Sahabat Desain Grafis Hong Kong

Rabu, 12 Maret 2014

Suara Ledakan di Hari Hilangnya Pesawat MAS


Warga Terengganu Mendengar Suara Ledakan di Hari Hilangnya Pesawat MAS


Ilustrasi
Hongkong mmm masih penasaran dengan hilangnya pesawat MAS. 
Masih terkait dengan hilangnya pesawat Malaysia Airlines (MAS), Kepolisian Terengganu, Malaysia memastikan menerima laporan mengenai suara ledakan keras pada Sabtu (8/3) dini hari ketika pesawat tersebut hilang kontak. Suara ledakan tersebut didengar sejumlah warga desa setempat di wilayah Marang, Terengganu.

Kepala Kepolisian Terengganu Datuk Jamshah Mustapa menyatakan bahwa laporan tersebut telah diteruskan kepada kepolisian Bukit Aman untuk ditindaklanjuti. Menurut Jamshah, ada delapan warga desa Marang yang mengaku mendengar suara ledakan keras, namun tidak melihat benda yang menjadi sumber suara tersebut. 

"Sejauh ini, kami hanya menerima satu laporan di kantor polisi distrik Marang pada kemarin," tutur Jamshah Mustapa kepada wartawan setempat, seperti dilansir Bernama, Rabu (12/3/2014).

Sebanyak delapan pria yang merupakan warga Kampung Pantai Seberang Marang membuat laporan ke kantor polisi setempat mengenai suara misterius, yang mereka dengar di sebelah timur laut Pulau Kapas. Suara ledakan ini kemudian dikaitkan dengan hilangnya pesawat MAS bernomor penerbangan MH370.

Kedelapan pria tersebut tengah duduk di sebuah bangku yang berjarak 400 meter dari Pantai Marang ketika mendengar suara bising di udara. Menurut mereka, suara tersebut terdengar pada Sabtu (8/3) pukul 01.20 waktu setempat. Masih menurut delapan pria tersebut, suara misterius tersebut mirip seperti suara mesin pesawat.

Pesawat MAS dengan rute Kuala Lumpur-Beijing tersebut dinyatakan hilang kontak pada Sabtu (8/3) pukul 02.40 waktu setempat, atau sekitar 2 jam setelah lepas landas. Pesawat dengan 227 penumpang dan 12 awak ini dijadwalkan mendarat di Beijing pada hari yang sama pukul 06.30 waktu setempat. Namun hingga kini keberadaannya masih misterius.

Sumber:
detik news Novi Christiastuti Adiputri - 

      dua teori di balik hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370.

      Media di Malaysia dan Cina mengungkapkan dua teori di balik hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370. Salah satunya, menyebut-nyebut kemungkinan adanya serangan teroris yang mengaitkan kaum minoritas Muslim Uighur di Cina.

      Seorang blogger di Cina mengungkapkan, sekelompok Muslim minoritas Uighur yang dideportasi dari Malaysia  dianggap bertanggung jawab atas hilangnya pesawat berpenumpang 239 orang ini.

      Pada 2011 dan 2012, sejumlah Muslim Uighur dideportasi dari Malaysia karena kedapatan menggunakan paspor palsu. Klaim ini muncul dua pekan setelah pembunuh berpisau yang diduga dari Uighur melakukan aksinya di stasiun kereta Kunming, Cina, menewaskan 29 orang.

      Seorang pejabat Malaysia menyatakan tidak mengenyampingkan kemungkinan keterlibatan kaum Uighur. 
      "Ini tidak kita abaikan. Kita memang mengembalikan orang-orang ini yang berpaspor palsu, jadi memang masih terlalu dini untuk mengatakan hal ini ada kaitannya," kata pejabat yang tidak bersedia disebut identitasnya itu kepada The Star, Senin (10/3).

      Teori kedua, pesawat tersebut mengalami kecelakaan akibat kesalahan teknis ataupun human error. Media Malaysia menyebut, bisa saja ada persoalan bahan bakar yang bocor atau kesalahan teknis lainnya yang menyebabkan pesawat menghilang.

      Namun, kebanyakan media di Malaysia mengaitkan hilangnya MAS MH370 ini dengan aksi pembajakan dan pengeboman. Kata mereka, pesawat bisa meledak di ketinggian 35 ribu kaki, yang berdampak pada sulitnya mendapatkan reruntuhan sisa pesawat. Teori ini diperkuat setelah ditemukannya dua penumpang menggunakan paspor palsu. (republika)


      Selasa, 11 Maret 2014

      Imigran Ilegal Bikin Resah Warga Puncak

      Mmm ngeri juga ya kalo begini ?? Imigran Palestina, Pakistan, Irak Dll , Ganteng ganteng sukanya godain !


      Warga kawasan Puncak,Bogor mengeluhkan semakin banyak imigran gelap asal Timur Tengah di kawasan wisata ini( iih mungkin seperti orang paper di hkg ya ?)

       Padahal, saat masih adanya International Organization for Migration (IOM), badan PBB yang mengurus imigran di Kecamatan Cisarua pengawasan super ketat.

      Sejumlah warga mengatakan, upaya Kantor Imigrasi. Bogor yang sering melakukan pendataan dituding hanya mencari sensasi belaka. “Seharusnya bukan hanya didata tapi langsung dideportasi,” ujar Rudi Amun, warga Desa Batulayang, Kecamatan Cisarua, Minggu.

      Imigran ini berlagak turis dengan menyewa vila atau rumah warga. “Jika pagi mereka pergi, dan pulang larut malam. Sebagian dari mereka sering melecehkan ibu-ibu,” ujarnya.

      Para imigran ini kebanyakan dari Irak, Sudan, Pakistan, Afganistan, Palestina, Srilangkah dan lain sebagainya.

      Menurut Rudi, imigran ini takut didata Kantor Imigrasi. “Mereka khawatir setelah didata di deportasi ke negaranya, sedangkan mereka menolak karena di negaranya sedang berkonfllik. Mereka lebih memilih melanjutkan hidup di negara lain,” katanya.

      Beberapa warga mengatakan, para imigran ini tersebar di beberapa desa di antaranya, di Desa Megamendung sebanyak 27 orang, Desa Cipayung Girang 36 orang. Sedangkan di Kecamatan Cisarua yakni, di Desa Kopo sebanyak 81 orang, Cisarua 44 orang, Batulayang 424 orang, Cibeureum 35 orang, Tugu Utara 14 orang, Tugu Selatan 11 orang, Citeko 8 orang dan Desa Leuwimalang mencapai 26 imigran,

      Sedangkan Kasubsi Pengawas Kantor Imigrasi Bogor Ridwan membantah imigran gelap berjumlah lebih dari 500 orang. Hasil pendataan pihaknya 240 orang memiliki dokumen resmi sebagai pencari suaka ke Australia. Mereka ini dibawa naungan United Nations High Commissioner for Refugees (UNCHR) yang memberikan perlindungan hukum serta keamanan bagi pengungsi.

      “Mereka akan singgah di sini sementara sambil menunggu keberangkatan ke negara tujuan oleh UNHCR,” katanya. Sedangkan terhadap imigran gelap, dia berjanji akan segera melakukan pendataan sekaligus penangkapan. “Nanti akan kita serahkan ke Kementrian Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk segera dideportasi kembali ke negara asalnya,” tutupnya. (iwan/poskota) 


      Gambar : Imigran yang ditangkap Polri di Banyumas beberapa waktu lalu.



      Sumber kindo.blog 

      Jumat, 15 November 2013

      CANDI GAYATRI - TULUNGAGUNG


      Candi Gayatri atau Candi Boyolangu berada di tengah pemukiman penduduk di wilayah Dusun Boyolangu, 

      Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. Untuk memasuki percandian ini, harus melalui sebuah lorong selebar 2,5 m yang dibatasi tembok setinggi 75 cm dengan panjang sekitar 50 m.
      Candi berbahan bata ini berdenah segi empat dengan tangga masuk di bagian barat. Candi yang tersisa batunya saja itu berukuran 11,40 m x 11,40 m, dan ukuran penampil/ tangga masuknya adalah 2,68 m x 2,08 m. 
      Secara horisontal, sisa bangunan itu terdiri atas sebuah candi induk dan dua candi perwara yang masing-masing berada di kiri-kanannya (utara dan selatan). Candi ini diketemukan kembali pada tahun 1914 dalam timbunan tanah.
      Candi tampak berpusat pada tokoh utama berupa arca wanita berukuran besar yang diletakkan pada candi induk. Arca terebut berukuran tinggi 120 cm dengan lebar 168 cm dan tebal 140 cm. Saat ini arca tersebut ditempatkan di bawah naungan sebuah cungkup tanpa dinding. Tokoh wanita tersebut adalah Gayatri atau seorang pendeta wanita Budha masa kerajaan Majapahit yang bergelar Rajapadmi. Tokoh tersebut adalah isteri ke empat Raja Wijaya pendiri kerajaan Majapahit.
      Berdasarkan pada angka tahun yang terdapat pada bangunan induk dan Kitab Nagarakertagama bahwa candi Boyolangu dibangun pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1359 - 1389 M ) dengan nama Prajnyaparamitapuri.

      Candi ini dahulu berfungsi sebagai tempat penyimpanan abu Jenasah Gayatri dan sekaligus tempat pemujaan agama Budha. —

      Senin, 11 November 2013

      Tulungagung Tanah Leluhur Nusantara lanjutan

      Prasasti Pucangan menggambarkan Erlangga sebagai pemeluk agama Wisnu yang tawakal dan teguh.  Bahwa selama tinggal di asrama, para pandita memberitakan jika Erlangga titisan Wisnu yang masih harus menyelesaikan tugasnya menyelamatkan dunia dari ancaman bahaya.

      Dewa Wisnu tidak pernah gagal menunaikan tugas.  Erlangga percaya dan itu semakin menambah keteguhan hati merebut kembali kerajaannya yang telah diduduki musuh.

      Maka Erlangga segera mengumpulkan kekuatan, merencanakan serangan balasan. 


      Sampai kemudian di penghujung 1032M, hari pembalasan tiba.  Sri Maharaja Erlangga, Mpu Narottama, Mpu Niti, dan Mapanji Tumanggala memimpin pasukan gabungan berderap menuju selatan. 

      Setelah mengepung gunung Cemenung, pusat kekuatan Lodoyong, Erlangga berhasil menekuk ratu Tulodong. Lodoyong jatuh. 
      Tetapi Ratu Tulodong mendapat pengampunan Erlangga, tetap memimpin Lodoyong sebagai bawahan Medang, sebagai salah satu senapati kerajaan, bahkan mendapat gelar Rake Halu.

      Dyah Tumabong. 
      Adanya gelar Rake Halu, apakah itu berarti bahwa penguasa Lodoyong disunting salah seorang anggota keluarga istana? Menjadi permaisuri Mapanji Tumanggala, adik ipar Erlangga? Belum pasti benar.  Yang dapat dipastikan dari pembacaan prasasti Pucangan bait 28 adalah ketika pasukan Erlangga menggulung Wurawari, kekuatan Lodoyong termasuk dalam pasukan penggulung itu.  Demikian pula ketika Erlangga menghantam Wengker, Lodoyong turut serta.
      Prasasti Pucangan menceritakan, setelah menundukkan Lodoyong dibrang kidul, balatentara Medang tidak langsung berderap ke Wengker, melainkan menyerbu Lwaram.
      Pasukan gabungan Medang dan Lodoyong merajalela di Lwaram. 
      Raja Wurawari tamat riwayatnya. 
      Kemudian Erlangga meninggalkan Patakan dan membangun ibukota baru di Kahuripan.  Setelah Desa Terep ditetapkan sebagai daerah SIMA, balatentara Medang berderap menggempur Wengker. 

      Prasasti Pucangan Bait 26, 27, 28 menulis penaklukan Erlangga atas Lodoyong pada 1032M yang dilanjutkan menyerbu Wengker pada 1035M. 
      Maka terdapatlah di dalam negeri seorang perempuan yang memiliki tenaga perkasa, serupa seorang raksasi. 
      Dengan tak gentar apa-apa, pergilah beliau memasuki daerah yang hampir tak dapat dimasuki itu. 
      Peristiwa itu terjadi pada tahun saka 954, pada waktu itulah raja mendapat kenamaan lantaran menaklukan dan membakar Jawa bagian selatan, bagai seekor naga api dengan lidahnya, menjilat kekiri kekanan, maka dinyatakanlah dengan tegas daerah selatan yang paling mengerikan itu sebagai daerah taklukan. 
      Setelah mendapat banyak harta rampasan yang kemudian dihadiahkan kepada para hambanya, maka kemasyuran yang diraih sang raja, setara para brahmana dan petapa. Terdorong keinginan mencari nama, maka pergilah beliau sesudah itu menuju ke Barat, dalam tahun 957 Saka tanggal 13 paroterang, bulan Badrapada, pada hari baik-baik, hari Rabu, membawa balatentara yang tak terhitung banyaknya lengkap dengan prajurit bertenaga kuat dan yang ingin berperang [pasukan Lodoyong]. 

      Dengan tepuk Ngemuruh dunia, beliau berhasil memetik kemenangan mengalahkan raja bernama Wijaya raja Wengker Wijayawarman.
      Setelah menaklukkan Lodoyong, Wura-Wari, juga Wengker, Erlangga dapat dikatakan berhasil menjadi seorang maharaja Medang. 
      Jawatimur dan Jawatengah berada dalam kekuasaannya.
      Meski berhasil merebutnya kembali istana Watanmas, Erlangga tidak menempatinya lagi, melainkan membangun keraton baru bernama Kahuripan.
      Beberapa bulan setelah mengeluarkan prasasti Pucangan, Erlangga meninggalkan Kahuripan menuju Daha. 
      Dan setahun kemudian, Erlangga menghadapi persoalan besar, perebutan takhta antara kedua putranya, Mahamentri i Hino Sri Samarawijaya dengan Mahamentri i Sirikan
      Mapanji Garasakan. 
      Sampai kemudian untuk memecahkan persoalan, Sri Erlangga memutuskan membelah negara demi kedua puteranya. Erlangga menyerahkan sepenuhnya pada Mpu Bharada.
      Pembelahan kerajaan Erlangga yang disimbolkan dengan kisah pengucuran air kendi Mpu Bharada selain tercantum dalam Prasasti Mahaksobhya yang dikeluarkan Sri Kertanagara, juga termuat dalam kakawin Negarakertagama
      pupuh 68, yang ditulis Prapanca pada tahun 1365M. Sebelumnya atau dalam pupuh 67 kakawin Negarakertagamakarya Dang Acarya Samantabhadra alias Prapanca menulis pesta srada yang diselenggarakan keraton Majapahit
      serba meriah dan hikmat penuh penghormatan kepada mendiang Sang Rajapatni Dyah Gayatri.
      Perayaan yang membikin girang jiwa sri Rajapadni yang sudah mangkat. 
      Semoga arwah Sang Rajapatni melimpahkan berkat kepada Sri Nata Rajasanagara supaya tetap jaya menghadapi para musuh selama masih ada bulan dan surya. 
      Lodang lega rasa Baginda Prabu Rajasanagara menyaksikan perayaan berlangsung lancar tiada halangan. 
      Tinggal menunggu karya yang belum rampung yaitu menyempurnakan candi makam Sri Rajapatni Dyah Gayatri di Kamal Pandak.
      Inilah sejarah Kamal Pandak menurut tutur yang dapat dipercaya tulis Prapanca dalam pupuh 68 Negarakertagama
      Suatu ketika Sri Nata Panjalu Daha Maharaja Erlangga berkehendak membelah tanah Jawa lantaran cinta pada kedua putranya. 
      Tersebutlah seorang pendeta Boddha Mahayana yang putus dalam kitab tantra dan yoga, bermukim di tengah kuburan Lemah Tulis, sosok yang senantiasa menjadi pelindung rakyat, ketika mengunjungi pulau Bali hanya berjalan kaki, tenang menapak permukaan lautan.
      Mpu Bharada namanya, sosok yang paham tiga jaman. Girang beliau menyambut permohonan Maharaja Erlangga supaya membelah Negara. 

      Maka perbatasan Negara ditandai dengan air kendi yang mancur dari angkasa. 
      Dari barat ke timur sampai lautan.
      Lalu dari utara ke selatan. 
      Daerah selatan yang jaraknya tidak begitu jauh bagaikan terpisah samudera besar. 
      Di daerah selatan itu sang pendeta turun dari angkasa, berhenti di atas pohon Kamal, berniat menaruh kendi suci di
      Desa Palungan untuk mengakhiri penentuan garis batas kerajaan. 
      Tetapi sebelum menginjak tanah, sang pendeta murka lantaran jubahnya terkait puncak pohon kamal yang tumbuh
      menjulang tinggi. 
      Mpu Barada terbang ke angkasa lagi lalu mengutuk pohon Kamal menjadi pandak atau kerdil. 

      Itulah tugu batas gaib yang tidak boleh dimasuki kekuasaan Panjalu dan Janggala. Itulah sebab mengapa sekarang dibangun candi. 
      Tujuannya supaya menyatukan tanah Jawa kembali. 
      Dengan demikian semoga baginda prabu serta rakyat tetap tegak, teguh, waspada, Berjaya memimpin Negara yang kini sudah kembali bersatu-padu.
      Dalam pupuh selanjutnya Prapanca menyebutkan candi yang dibangun di Kamal Pandak bernama candi Prajnaparamitapuri atau candi Wisesapura, candi makam bagi Sang Rajapatni Dyah Gayatri. 
      Candi makam di Bayalangu ini kesohor sebagai tempat keramat, tiap bulan badrapada disekar para pembesar kerajaan dan para pendeta.
      Ketika membaca beberapa hasil karya sastra para pujangga Jawa baik tulisan maupun lisan, seyogyanya harus memahami watak asli tersebut. 

      Peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi kerap kemudian kelihatan seperti dongengan tidak masuk akal lantaran sudah banyak dibumbui perkara-perkara gaib, bertujuan meluhurkan para tokoh yang diceritakan. 
      Dongeng tersangkutnya jubah Mpu Barada pada pohon asem alas atau pohon kamal mengandung arti Mpu Barada mendapat rintangan besar ketika melakukan pembelahan Negara, sehingga tugasnya tidak sempurna. 

      Ada sebuah daerah yang tidak berhasil dijangkau atau tidak mau tunduk pada kekuasaan Panjalu maupun Janggala. Karena itu Mpu Barada yang hampir selesai menentukan daerah-daerah mana saja yang masuk kekuasaan Panjalu dan daerah- daerah mana yang masuk wilayah Janggala, menjadi murka pada penolakan penguasa daerah brang kidul yang ingin merdeka. 

      Padahal daerah itu digolongkan sebagai daerah berkedudukan lebih rendah dari daerah sekitar dilambangkan sebagai daerah palungan atau cekungan. 
      Di sini maksud daerah palungan sesungguhnya daerah yang memiliki derajat lebih rendah ketimbang Panjalu dan Janggala.
      Daerah itu memutuskan berdiri sendiri, serupa berdiri tinggi menjulangnya pohon kamal di tanah cekungan melebihi ketinggian pohon- pohon lain di tanah lebih tinggi. 
      Daerah palungan melawan kekuatan atau kehendak Mpu Barada. Tetapi Mpu Barada tidak sanggup menaklukkan brang kidul. Meski demikian perselisihan dapat diselesaikan dengan kesepakatan dua belah pihak, bahwa sejak saat itu brang kidul menjadi daerah merdeka, dengan syarat harus menghormati kekuasaan Panjalu dan Janggala. Sang pandita mengabarkan kemerdekaan brang kidul ibarat tugu gaib ujung
      batas sebelah selatan yang tidak boleh dilintasi Panjalu dan Janggala.  Kutukan Mpu Barada Mkepada pohon kamal supaya berubah kecil atau pandak mengandung makna supaya ketinggian dan kekokohan brang kidul mengecil lalu lenyap sehingga yang berkuasa di tanah Jawa hanya Panjalu dan Janggala, kerajaan yang dibangun Maharaja Erlangga.
      Demikianlah, pembelahan negara yang dilakukan Mpu Barada berjalan kurang sempurna. 

      Ada satu daerah di selatan sungai Brantas yang berdiri sendiri, tidak termasuk bagian Panjalu yang dipimpin Samarawijaya, maupun Janggala yang dirajai Mapanji Garasakan. 

      --- Daerah merdeka itu adalah Lodoyong atau sekarang menjadi Tulungagung.--- 

      Setelah Panjalu dan Janggala terbentuk, pada 24 Nopember 1042M, Erlangga meninggalkan keraton Daha, menjadi pandita dan berganti nama Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana.

      Sumber : 
      https://m.facebook.com/photo.php?fbid=
      10200640951858317&set=a.3041077838039
      .2111779.1595858908&type=3&theater&refid=17

      Minggu, 10 November 2013

      Tulungagung Tanah Leluhur Nusantara


      Pada saat Sri Girindra tersingkir dari istana, Ken Arok berusia sekitar 12tahun. Setelah dewasa, mengetahui sejarah Jenggala, mengetahui ayahnya tersingkir dari istana akibat serbuan Senapati Agung Tunggul Ametung. Setelah bertemu Pendeta Lohgawe, ia bertekad
      membalas kekalahan ayahnya.
      ________________
      Ada apa sejatinya dengan tanah ini? Mengapa pada masalalu banyak tokoh besar mengakhiri hidupnya menyingkir ke Banarawa?
      Mengapa Gayatri, Jaka Tingkir, Pangeran
      Benawa, disemayamkan di brang kidul? 
      Saya meyakini Tulungagung ada apa-
      apanya, pernah selama beberapa kurun,
      berperan besar dalam perjalanan sejarah
      nusantara masa silam. Keyakinan saya
      bertambah tebal ketika menemukan fakta bahwa Tulungagung termasuk satu-satunya wilayah di luar pusat keraton, yang memiliki daerah perdikan terbanyak. Itu karena Tulungagung banyak memberikan pertolongan agung pada
      para raja. Selain Rajapatni Gayatri, Tulungagung juga menjadi tempat pendarmaan beberapa tokoh Singasari dan Majapahit lainnya, seperti Tunggul Ametung, Mahisa Wonga Teleng, Mapanji Tohjaya, Raden Wijaya, Baginda
      Kertawardhana, dan Sri Wikramawardhana.
      Tapi selama ini, sangat sedikit sumber referensi sejarah, sangat sedikit buku kajian sejarah, utamanya terkait Tulungagung, yang cukup secara memuaskan, menjawab segala keheranan kita. Sementara sejauh ini, peristiwa-peristiwa sejarah di Tulungagung menginspirasi perkembangan kesenian rakyat Mataraman, seperti ketoprak, reog Kendang, dan tariJaranan. Sementara sesungguhnya Tulungagung berbakat menjadi pusat budaya, utamanya di
      Jawatimur. Bukankah penemuan fosil
      Wajakensis menandakan bahwa Tulungagung pernah menjadi pancer kebudayaan kuna Nusantara?
      Pada kesempatan ini, kita akan mencoba kuak sejarah Tulungagung, sebatas sejauh yang tercantum dalam sumber tertulis atau prasasti.
      Pada masa lalu, yang dinamakan wilayah
      brangkidul —sekarang Tulungagung— adalah daerah di selatan sungai Brantas, mulai alas Lodaya di timur, berbatasan langsung dengan Turen atau Turyantapada, memanjang ke barat sampai gunung Wilis dan pegunungan
      Trenggalek, termasuk Kampak dan Karangan sampai tahun 1950M, Karangan dan Kampak masuk Tulungagung. Karena itu, ketika kaji
      sejarah Tulungagung, bakal bersinggungan dengan sejarah Blitar dan Trenggalek. Sejarah Tulungagung, terutama juga bersinggungan dengan sejarah Kediri. Bagaimanapun, Tulungagung memiliki ikatan lahir batin yang sangat erat dengan tiga tetangganya itu. Tulungagung pada masa Medang I Bhumi Mataram DYAH BALITUNG adalah raja Medang Mataram yang pertama kali meluaskan kekuasaannya ke Jawatimur bahkan Bali. Ketika itu di Jawatimur berdiri kerajaan Kanjuruhan, berpusat di timur gunung Kawi atau daerah Malang. Untuk meluaskan kekuasaannya, sudah barang tentu Dyah Balitung harus menaklukkan Kanjuruhan lebih dulu. Dan itu yang kemudian dilakukannya. Tetapi pada penyerbuan pertama, pasukan Dyah Balitung mendapat perlawanan sengit, terpukul mundur jauh ke barat, sampai akhirnya berkubu di gunung Wilis, persisnya di daerah Penampihan. Sampai kemudian atas bantuan besar atau pertolongan agung para tokoh dan penduduk Penampihan atau daerah Kubu-Kubu, Dyah Balitung berhasil menaklukkan Kanjuruhan.
      Beberapa waktu kemudian, Dyah Balitung mengeluarkan prasasti kerajaan berisi anugerah sima perdikan kepada daerah Kubu-Kubu.
      Prasasti ini kelak dinamakan prasasti
      Penampihan pertama. Inilah saat dimana
      Tulungagung mulai berperan besar dalam sejarah kerajaan di tanah Jawa. Peran Tulungagung berlanjut setelah Medang Mataram runtuh dan pindah ke Jawatimur.
      Tulungagung pada masa Medang Jawatimur TATKALA Raja Wawa bertahta di Medang Mataram, berderap kekuatan wangsa Saelendra dari Swarnadwipa menghantam Medang Mataram. Kekuatan Boddha berhasil
      menaklukkan kemaharajaan Siwa di Medang bhumi Mataram. Itulah akhir riwayat kekuasaan kerajaan Siwa di bhumi Mataram. Kerajaan ini hancur bukan lantaran bencana letusan gunung
      Merapi sebagaimana teori Van Bommel yang juga dianut banyak sejarawan.
      Mahamentri Hino Mpu Sindok berhasil lolos dari gulungan wangsa Saelendra. Putra mahkota Raja Wawa itu kemudian mendirikan kerajaan di Jawatimur yang berhaluan Boddha, bukan Siwa, membangun keraton baru di Tamwlang, lalu pindah ke Watugaluh, Jawatimur Tamwlang sekarang bernama Tembelang, sementara Watugaluh menjadi Megaluh, keduanya di Jombang. Mpu Sindok menyebut kerajaannya
      sebagai penerus Medang bhumi Mataram yang berkeraton di Watugaluh. Kitab prasiddha mangraksa kadatwan rahyangta i bhumi Mataram ing watu galuhâ. Meski memproklamasikan sebagai penerus Medang Mataram, Mpu Sindok memutus hubungan darah dengan wangsa Sanjaya, membangun
      wangsa baru bernama Isanawangsa.
      Mendengar Medang Mataram berlanjut di
      Jawatimur, Sriwijaya tidak tinggal diam. 

      Meski Mpu Sindok penganut Boddha, bukan halangan bagi wangsa Selendra menderapkan pasukannya dari Mataram menuju Jawatimur. Maka pada 929M, dua kekuatan besar bertemu di Anjukladang. Tetapi pasukan Mpu Sindok berhasil memukul mundur pasukan keturunan Balaputradewa itu.
      Kemenangan Mpu Sindok atas Sriwijaya juga berkat sokongan kekuatan dari Kampak. Mpu Sindok kemudian mengeluarkan prasasti yang berisi anugerah sima perdikan kepada daerah
      Kampak,ini hampir bersamaan dengan
      dikeluarkannya Prasasti Anjukladang yang kelak menjadi landasan hari jadi kabupaten Nganjuk.

      Sebelum menjadi bagian Trenggalek, daerah Kampak masuk Tulungagung. Dapat dikatakan pula bahwa pada awal pemerintahan Mpu Sendok, Tulungagung kembali tampil dalam pentas sejarah, kembali memberikan pertolongan agung pada seorang raja.
      Pada masa Sri Dharmawangsa, kekuatan wangsa Isana giat menggempur Jawatengah sampai akhirnya wangsa Selendra kembali ke tanah moyangnya di Sumatera. Sayang, kerajaan Medang adalah kerajaan agraris, bukan maritim
      seperti Sriwijaya yang pada waktu itu diakui dunia sebagai kerajaan maritim tertangguh di asia tenggara. Dengan bantuan sekutunya, Aji Wura-Wari dari Lwaram, Sriwijaya berhasil menghancurkan Dharmawangsa.
      Prasasti Pucangan yang dikeluarkan Erlangga pada 1041M menulis: 
      rikalaninpralaya ring yawadwipa i rikang sakalala 928 ri prahara haji Wurawari maso mijil sangke Lwaram, ekarnawa rupanikang sayawadwipa rikangkala. Tatkala terjadi pralaya di pulau Jawa
      pada 928 saka, akibat prahara Raja Wurawari yang muncul dari Lwaram, pulau Jawa pada waktu itu seperti hamparan lautan.
      Pada waktu itu berlangsung pesta merayakan penikahan Erlangga dengan Dewi Laksmi, putri sulung Dharmawangsa. Sri Dharmawangsa dan
      permaisuri gugur. Sementara dalam kawalan Narottama, Erlangga dan permaisurinya berhasil mengungsi ke barat, menuju sebuah asrama Pandita di Wanagiri, tepatnya di desa Cane.
      Beberapa bulan kemudian Erlangga dan
      Narottama menuju desa Terep di kaki gunung Penanggungan, berlindung dan berguru pada pandita wibawa penganut agama Siwa. Erlangga menyunting putri sulung pandita Wibawa sebagai istri selir.
      Ketika Medang i Bhumi Watan runtuh, beberapa kerajaan bawahannya seperti Wengker, Hasin, Wuratan, Lewa, dan Lodoyong memerdekakan diri. Lodoyong berdaulat di selatan sungai Brantas, mulai dari alas Lodaya di timur, hingga
      daerah Kamulan Parahyangan di kaki gunung Wilis, batas Hasin.
      Pada sekitar 1009M, datang para pandita dan kesatria ke Terep, menemui Erlangga, meminta supaya menjayakan kembali kerajaan Medang, Erlangga menyanggupinya. Maka perlahan Medang berkumandang di kaki gunung
      Penanggungan, menaklukkan desa-desa kecil dan kerajaan-kerajaan di sekitar Penanggungan, sambil mulai membangun istana baru di Watan Mas, di kaki gunung Penanggungan.

      Ketika pada 1025M Sriwijaya ditaklukan
      Colamandala dari India, Erlangga leluasa
      melebarkan sayap kekuasaannya. Mpu
      Narottama menyarankan supaya tidak tergesa menggempur Lodoyong Tulungagung yang pada waktu itu memiliki balatentara ngedab-edabi.
      Maka untuk sementara balatentara Medang menaklukan Lewa, Wuratan, dan Hasin.
      Penaklukan Erlangga atas kerajaan Hasin di barat daya gunung Wilis menerbitkan prasasti baru.
      Isi prasasti itu adalah pemberian anugerah perdikan kepada Desa Baru
      yang telah membantu Erlangga ketika
      menggempur Hasin. Sekarang Desa Baru bernama Baruharjo, di kecamatan Durenan, Trenggalek, berbatasan langsung dengan kabupaten Tulungagung.
       
      Sekarang prasasti Baru yang berbentuk
      lempengan tembaga berada di Surabaya.
      Sebelum menjadi bagian wilayah kabupaten Trenggalek, atau sebelum tahun 1050M, Desa Baru dan kecamatan Durenan masuk wilayah Tulungagung. Dapat dikatakan bahwa pada masa itu, tidak semua daerah di brang kidul melawan Erlangga, salah satunya daerah Baru. Dengan tercantumnya nama Baru pada prasasti, dapat pula dikatakan bahwa Tulungagung kembali menorehkan sejarah, kembali memberikan pertolongan agung pada seorang raja. Mendengar pasukan Erlangga menaklukkan Hasin, Ratu Tulodong tidak tinggal diam, menderapkan pasukan perempuannya. Setelah menyeberang Brantas, pasukan besar Ratu Dyah Tulodong berderap ke utara membelah lembah tumur gunung Kawi, menuju lereng Penanggungan atau gunung Arjuna, menuju istana Erlangga di Watanmas. Pasukan Erlangga terpukul mundur ke utara, hingga kemudian bertahan di sebuah tempat bernama Patakan.

      Peristiwa sejarah ini seolah tenggelam oleh kebesaran nama Erlangga. Kejayaan tokoh perempuan perkasa dari brang kidul pada sekitar tahun 1031M, tenggelam oleh keperkasaan kaum lelaki. Sementara sesungguhnya peristiwa itu termuat dalam Prasasti Terep:  maharaja katalayah sangke wwatan mas mara i patakan.
      Meski dalam Prasasti Terep tidak menyebut nama perempuan perkasa yang berhasil mengalahkan Erlangga, dari penafsiran prasasti Terep dan Pucangan menyimpulkan bahwa sang
      penakluk itu adalah Ratu Dyah Tulodong,
      penguasa kerajaan Lodoyong yang berpusat di selatan sungai Brantas.
      Prasasti Terep dan Prasasti Pucangan menulis bahwa ratu itu bertubuh serupa raksasa dengan kekuatan melebihi manusia biasa. Banyak ahli sejarah terkecoh dengan berita itu. Ungkapan
      itu adalah simbolisasi bahwa perempuan
      penakluk dari daerah selatan itu memiliki
      kekuatan luar biasa serupa raksasa atau
      melebihi kekuatan orang biasa, bukan bentuk tubuh ratu itu mengerikan serupa raksasi atau raksasa perempuan. Tentunya penulis Prasasti memiliki alasan mengapa menyebut ratu Tulodong bertubuh serupa raksasa. Prasasti yang tulisannya berbentuk kidung ini memang
      bertujuan untuk memuji sosok Erlangga sebagai maharaja titisan Wisnu. Sementara Ratu Tulodong adalah pemuja Durga. Dalam pemahaman ajaran Trimurti, Batara Durga merupakan salah satu sakti atau istri Dewa Siwa.

      Di selatan sungai Brantas atau di sekitar
      Sumberjati, banyak ditemukan arca Dewi Durga dan arca Ganeca serta arca berwujud katak.
      Arca-arca itu banyak dimiliki oleh para pemuja Dewi Durga. Kelak Ratu Tulodong menjadi sosok yang menyebabkan tidak sempurnanya tugas
      Mpu Bharada ketika membelah kerajaan
      Erlangga.

      Tetapi Erlangga adalah titisan Wisnu yang tidak pernah berhenti berjuang menciptakan ketentraman tanah Jawa. Prasasti Pucangan menggambarkan Erlangga sebagai pemeluk agama Wisnu yang tawakal dan teguh. Bahwa selama tinggal di asrama, para pandita memberitakan jika Erlangga titisan Wisnu yang masih harus menyelesaikan tugasnya menyelamatkan dunia dari ancaman bahaya. Dewa Wisnu tidak pernah gagal menunaikan tugas. Erlangga percaya dan itu semakin
      menambah keteguhan hati merebut kembali kerajaannya yang telah diduduki musuh. Maka Erlangga segera mengumpulkan kekuatan 
      Berlanjut 



      Sumber : 

      https://m.facebook.com/photo.php?fbid=10200934036534874&id=1284563882&set=a.1736852142835.2088436.1284563882&source=48&__user=100000077532358