Jumat, 28 Juni 2013

Cemburu buta, membunuh istri &di buang di jamban


Kasus pembunuhan terjadi di Tulungagung, desa Pulotondo tempat tanah kelahiranku, sore itu ketika aku lagi ngobrol dengan emak via telp beri haha hihi, aku dikejutkan dengan WA adikku “Man on Sus pulotondo jenenge po susanti liat fb susanti pulotondo dibunuh suaminya mayat dimasukkan ke wc” . Bergetar aku dalam benak benarkah ?? Sekita itu ku tanya emak ku, yang masih ndredeq karna hari itu banyak kejadian, iya emak membenarkan, tpi belum jelas sebab musababnya, aku tutup telp untuk menenangkan diri yang masih tak percaya. Dia dia temen yang baik suer dan periang, masih terekam jelas kenangan-kenangan tentang dia, teringat 
ketika lewat depan rumah dengn sepeda hordox itu, ketika jalan bareng temen-temen pacarku melintas di depan tempat kerjaku,
Ketika pesta perkawinan nya aku datang dengan pacarku karna kebetulan dia juga sahabatnya, walau belum sampai acara temu manten. 
ketika kita telp pertama kali menceritakan suaminya, yang kukira dia menikah dengan temen mantanku. Ketika bertemu dia Di lebaran 2011. Dan kita ngobrol ngalor ngidul, aku jadi tau kisah tetangga-tetanggaku yang lain.
Dan aku masih mencari info yang adikku beri tadi ku masuk ke page tulungagung sparling, benar Di sana tertulis begini ini hanya sebagian ku COPAS,  Ngunut gempar karena salah seorang wargannya bernama Susanti tewas dibunuh oleh suaminya sendiri dan mayatnya dibuang di kolam penampungan air wc di belakang rumah. Kejadian sudah 3 hari, baru pelaku melapor ke polsek Ngunut.
Banyak yang coment dengan berbagai pendapat yang membuat ku jadi geregetan, kita hanya oran luar yang tidak tau masalah sebenarnya. Kemarin saya cari info tentang itu semua browser ke berbagai netnews, berikut COPAS dari page kumpulan TKI
“Ya cemburu, dia baru pulang dari Hongkong, di rumah malah jalan-jalan sama lelaki lain,” kata Kawit di markas Polres Tulungagung, Kamis (27/5/2013).
Kawit menyerahkan diri ke polisi, Rabu (26/6/2013) sore. “Dia menyerahkan diri karena dihantui perasaan takut,” kata Wakil Kepala Polres Kompol Indra Lutrianto Amstono di samping Kawit.
Kecemburuan Kawit bermula ketika Susanti pulang dari merantau selama 3 tahun di Hongkong, Jumat (21/6/2013). Kawit mengaku, Susanti tidak memberitahu sebelumnya bahwa akan pulang.
Ternyata, dia pulang diantar lelaki lain. Saat itu, katanya, Susanti mengenalkan lelakI pengantarnya itu sebagai temannya. Kawit pun menahan diri agar tidak emosi, apalagi ada kerabatnya juga saat itu.
Keesokan harinya, Sabtu pertengkaran di antara pasangan yang sudah memiliki dua anak itu kembali terjadi.
Selama ditinggal ke Hongkong, Kawit mengasuh dua anaknya sendirian. Sebagai petani yang terkadang sibuk di sawah, Kawit terkadang juga menitipkan anak-anaknya di rumah orangtuanya, di Desa Aryo Jeding, Kecamatan Rejotangan.
Menurut pengakuannya, selama merantau itu istrinya tidak pernah kirim uang untuk anak-anaknya. “Terus duitmu mbok gawe apa? (Lalu uangmu buat apa?),” kata Kawit mengenang ucapannya kepada Susanti. Namun, lanjutnya, Susanti justru marah-marah. “Cangkemmu aja takon-takon ae! (Mulutmu jangan tanya-tanya terus!),” kata Kawit menirukan jawaban istrinya.
Pertengkaran hari itu selesai. Keesokan harinya, Minggu, Susanti pamit ke rumah temannya tetapi tidak menyebutkan secara jelas identitas maupun lokasinya. Hanya, kata Kawit, istrinya berjanji pulang sekitar pukul 18.00.
Sebelum istrinya pulang, Kawit memergokinya bersama lelaki lain di jalan kampung. Kawit pun memaksa istrinya pulang, sedangkan lelakinya ngacir. Pada Minggu malam itu, pertengkaran hebat terjadi lagi di dalam rumah mereka.
Lantaran sama-sama emosional, Susanti melemparkan mangkuk ke wajah Kawit. “Mangkuknya sampai pecah. Saya balas memukulkan batu bata ke kepalanya,” ujar Kawit dalam bahasa Jawa.
Susanti pun terhuyung-huyung hingga jatuh. Kawit yang kalap memukulnya lagi pakai pentungan kayu. Setelah memastikan Susanti tewas, Kawit menyalakan pompa air. Dia lalu menyeret mayat istrinya ke belakang rumah untuk dimasukkan ke kakus semi permanen yang tutupnya sekadar pakai kayu.
Usai memendam mayat istrinya, ia menyiramkan air dari pompa untuk menghilangkan jejak.
Sehari berikutnya, Senin, jika ditanya tetangganya soal keberadaan Susanti, Kawit menjawab bahwa dia sudah pergi lagi ke Hongkong. Namun, hanya sehari kemudian, Kawit merasa tidak nyaman sehingga menyerahkan diri ke polisi, Rabu (26/6/2013) sekitar pukul 16.00.
“Pelakunya tunggal dan ini sifatnya spontan,” kata Kompol Indra Lutrianto Amstono. Polisi pun menjerat Kawit dengan Undang-Undang tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). “Ancaman hukumannya sampai 15 tahun penjara,” katanya.
Ohh ternyata???
Seperti kisah-kisah Di senetron , kok ya bisa begini jadinya , sekedar saran belum tentu sendiri bisa ya ? Kita sebagai TKI harus bisa jaga emosi, tekan rasa ego, jaga diri jaga komitmen yang dulu pernah diucap ketika minta izin kerja ke LN, gak mudah lhoo kerja ke LN tu ??
Anyway kembali ke inti kejadian ini bisa kita ambil hikmah dan PELAJARANnya, bagaimanapun rumitnya suatu masalah jika Di BICARAKAN DENGAN BAIK DAN PENUH KESABARAN INSYAALLAH SEMUA AKAN BERJALAN LANCAR. Yang utama KOMUNIKASI YANG SEHAT.
Semoga kita semua yang Sudah berrumahtangga Dan bekerja di beri kekuatan KESABARAN,,
sumber :
Page Tulungagung sparling
Page Kumpulan TKI

Selasa, 11 Juni 2013

Wong 3

Parjo, Jono karo Tarjo dolan meng Jakarta. Wong 3 kui nginep neng Hotel JW Marriot, Kamar e wong 3 kui ono neng tingkat 45. Awan nganti bengi wong 3 kui dolan neng Mall, pas balek hotel, tekan Lobby ngerti-ngerti listrike mati!

Lift e yo mati, dadi wong 3 kui kudu lewat tangga tekan kamare. Nah, ben ora kroso munggah tekan tingkat 45, wong 3 kui bagi tugas. Seko tingkat 1- 15, Parjo kudu crito sing lucu-lucu, njur tingkat 16 -30, Jono kudu crito sing medeni, lah tingkat 31- 45, Tarjo kudu crito sing sedih-sedih.

Wong 3 kui mulai nunggah, parjo mulai crito sing lucu-lucu, marake wong 3 kui ngguyu-ngguyu gawe ra kroso wis tekan tingkat 15. Banjur Jono crito sing medeni marai tegang, ngerti-ngerti wong 3 kui wis tekan tingkat 30. Ra perduli sikile do abuh, mergo seneng wong 3 kui wis cedak kamare. Giliran Tarjo kudu crito.

Tarjo (ekspresi rupo sedih): "Sakjane seko mau aku arep crito, tapi wedi nek marai jengkel."

Parjo : "Crito wae cepet, wis meh tekan tingkat 40 kii..."

Tarjo : "Ngene lho... Kunci kamare ketinggalan neng mobil..."

Jono : "Waahh Tarjooo, ngopo ra crito ket mau?"

Tarjo : "Lha aku durung entuk giliran crito...!!!"

Minggu, 09 Juni 2013

CANDI DADI

CANDI DADI
LOKASI
Dusun : Mojo
Desa : Wajak Kidul
Kecamatan : Boyolangu
Kabupaten : Tulungagung
DISKRIPSI BANGUNAN
Komplek Candi Dadi berada pada ketinggian 360 m
dari permukaan laut, berada di areal kehutanan di
lingkungan RPH Kalidawir. Candi ini memiliki candi tunggal yang tidak memiliki tangga masuk, hiasan,
maupun arca. Candi tersebut berdiri tegak pada puncak sebuah bukit di lingkungan pegunungan
Walikukun. 

Denah candi berbentuk bujursangkar dengan ukuran panjang 14 m, lebar 14 m, dan tingi 6,50 m. Bangunan berbahan batuan andesit itu terdiri atas batur dan kaki candi. Berbatur tinggi
dan berpenampil pada setiap sisinya. Bagian atas batur merupakan kaki candi yang berdenah segi delapan, pada permukaan tampak bekas tembok
berpenampang bulat yang kemungkinan berfungfi sebagai sumuran. Diameter sumuran adalah 3,35 dengan kedalaman 3 m.

Dalam perjalanan ke lokasi ini dapat dilihat sisa bangunan kuna yang masing-masing disebut Candi Urung, Candi Buto dan candi Gemali. Candi-candi yang disebut belakangan dapat dikatakan tidak terlihat lagi bentuknya, kecuali gundukan batuan andesit – itupun sudah dalam jumlah yang sangat kecil yang menandai keberadaannya dahulu.


LATAR BELAKANG SEJARAH
Berakhirnya kekuasaan Hayam wuruk juga merupakan masa suram bagi kehidupan agama Hindu-Budha. Pertikaian politik yang terjadi di
lingkungan kraton memunculkan kekacauan, seiring dengan munculnya agama Islam. Dalam kondisi yang demikian, penganut Hindu-Budha yang
berupaya menjauhkan diri dari pertikaian yang ada melakukan pengasingan agar tetap dapat
menjalankan kepercayaan/tradisi yang dimilikinya.

Sebagian besar memilih bukit-bukit atau setidaknya kawasan yang tinggi dan sulit dijangkau. Biasanya
tempat baru yang mereka pilih merupakan tempat yang jauh dari pusat keramaian maupun pusat
pemerintahan. Candi Dadi adalah salah satu dari karya arsitektural masa itu, sekitar akhir abat XIV hingga akhir abat XV.





Sumber: fb Hariyadi